Sunday, November 11, 2007

Dear Saman

Mungkin cuma suatu kebetulan saja bahwa kau adalah seorang Pastor yang kemudian menjadi seorang aktivis dan Bapak ku adalah sebaliknya seorang aktivis yang kemudian menjadi pendeta.
ditahun yang sama pula 90-an kau ataupun bapakku membuat keputusan untuk merubah alur hidup. Kau ada didaerah prabumulih waktu itu, tepat dimana nenekku dan om ku tinggal. bapakku juga sering ke prabumulih. aku cuma beberapa kali. dan satu lagi hutan karet, mungkin saja salah satu korban pemberantasan hutan karet yang kemudian dijadikan lahan sawit adalah om ku. aku begitu merasa dekat sekali dengan kau. aku juga sering bermain dikebun karet ketika dilampung. rumahku bekas rumah sakit, dan disekelilingnya adalah hutan karet. aku sering main adu biji karet dengan teman-temanku. ketika pagi aku hendak berangkat sekolah sudah tercium duluan bau karet disadap sebelum aku sempat mencium tumis buncis yang sering dimasak ibu pagi hari.

ada suatu malam yang membuatku ketakutan. dua orang laki-laki berperawakan besar dengan jaket hitam yang kemudian aku ketahui bahwa mereka polisi datang kerumahku. bapakku lagi pergi. biasa, bapak memang jarang pulang karena pelayanan ditmpat yang jauh, jadi harus menginap. dua orang itu menemui ibuku. menyerakan surat. entah surat apa. lalu mereka berbincang-bincang sebentar. lalu mereka pulang. ibu memelukku dan mas ku. malam itu juga kami pergi kekantor polisi dipringsewu. buth waktu kira-kira 1/2-1 jam untuk kesana. kami naik mobil bude samuel. aku lupa siapa yang menyetir. kami menemui bapak disana. bapak ditahan polisi. aku sempat mendengar percakapan antara bapakku dan beberapa warga jemaat yang ikut malam itu. katanya bapak ditahan karena ada kasus sengketa tanah dikarangsari. dan bapakku yang dituduh sebagai kompor warga untuk tidak menyerakan tanah pada satu perusahaan sawit. satu minggu bapakku ditahan.
itu terjadi ditahun yang mungkin sama ketika kau diculik. 90-an.
itu sebabnya aku merasa dekat sekali denganmu.
ada rentetan peristiwa yang nyaris sama denganmu yang bapakku alami. ditahun yang nyaris sama. aku baca buku mu ini baru-baru saja. aku begitu menyesal kenapa baru sekarang aku baca buku ini. buku ini juga milik bapakku. hadiah dari seorang teman di jambi. disampul buku ditulis satu pesan. "buat mas Gie : Keep Fight untuk orang-orang tertindas" begitu kira-kira tulisan itu. aku lupa soalnya.

wis dulu nama mu. dan sekarang saman. dulu bapakku di panggil Gie, dan sekarang pak pendeta.


hahahahaha....
thanks buat yang nulis novel ini, ayu utami...


No comments: