Saturday, October 11, 2008

Masa Lalu

: ang

DUA jam sudah lama ia duduk diatas ranjangnya tanpa melakukan apa-apa. Tangannya memegang kertas yang sudah kumal dan penuh coretan. Dibacanya berkali-kali tulisan yang ada dikertas tersebut. Tak ada yang istimewa dengan tulisan dikertas itu. Hanya rentetan semacam jadwal yang dua tahun lalu di susunnya untuk dirinya sendiri. Tulisan dikertas itu tampak tidak rapi, disana-sini ada coretan dibeberapa kata. Meski terlihat suram, ia tetap mencoba tersenyum dan tertawa kecil ketika membaca tulisan tersebut.

Diwaktu yang sama, seorang gadis membuka gerbang rumah. Menuntun perlahan motornya masuk kedalam. Ia tampak kelelahan. Ia tampak tidaknya nyaman dengan kaos seragam kerjanya. Mungkin karena gerah dan beringat. Ia memasukan motor kedalam garasinya. Lalu ia menuju kamarnya. Melepas sepatunya, lantas membaringkan tubuhnya yang mungil itu diatas ranjang. Diraihnya remote control TV, lalu menyalakannya. Ia bangkit dan segera mengganti pakaiannya. HP bergetar. Satu SMS diterima. Diraihnya HP nya, dilihatnya siapa yang mengirim pesan. Tanpa membacanya dihapusnya pesan itu. ”dia lagi, apa sih maunya?” gumamnya. Diletaknya HP-nya, dibiarkannya TV tetap menyala, lalu ia tidur.


Lelaki itu meletakkan HP-nya. ”pasti langsung dihapus” gumamnya. Kertas itu masih dipegangnya. Berulang kali ia baca tulisan dikertas itu. Sembari membaca ia berkali-kali melirik HP, berharap ada balasan, meskipun ia tahu pesannya takkan dibalas. Diambilnya tas hitam bututnya, lalu dikeluarkannya sebuah buku : Dunia Sophie. Ia mulai membaca. Ia melirik lagi HP-nya. Tak ada balasan. Jam di HP-nya sudah menunjukan pukul 23.09. Matanya tiba-tiba jatuh pada kalender diatas meja belajarnya. ”5 juli, besok deadline” katanya dalam hati.

***

Malam itu, setelah pekerjaan tuntas langsung ia bergegas memacu sepeda motor menemui gadis pujaannya. Bulan kala itu masih malu-malu. Kadang ia bersembunyi dibalik awan yang mamang sedikit mendung. Ia melirik jam di HP-nya. “pas, jam sembilan” katanya dalam hati. Lima menit kemudian ia sampai di depan sebuah rumah yang terlihat tua. Ia mengetik pesan singkat.

Aku sudah di depan

Pesan terkirim.
Tak lama kemudian seorang gadis muncul dari balik pintu dengan muka ngantuk.

“masuk” katanya.

”udah tidur?” timpal si lelaki.

“hm,..he....” gadis itu nyengir saja. “tunggu” sambungnya.

Lelaki itu duduk dikursi diteras rumah itu. Tak lama kemudian gadis itu keluar dengan menggunakan jaketnya, lalu duduk disamping lelaki itu.

”hih kamu itu, jam segini baru datang” kata gadis itu.

”he,... ayo berangkat” jawab si lelaki.

”ntar dulu,masih belum sadar bener ini” kata si gadis sambil menguap.

”cuci muka dulu sana”

”udah,...”

Si lelaki menjulurkan tangannya lalu mengusap muka si gadis dari dahi hingga dagunya perlahan.

”hu, dasar” kata lelaki itu.

”tunggu sebentar lagi”

”Ya”

”lihat, ntar lagi muncul bulan dari balik gedung itu” kata si gadis. ”biasanya, kalau aku pulang kerja, bulannya baru muncul dari balik gedung itu,” sambungnnya.
Perlahan bulan muncul dari balik gedung didepean rumah itu seperti yang dikatakan si gadis. Si gadis melihat bulan itu. Si lelaki melihat wajah gadis itu yang masih mengantuk.

”iya, aku melihat bulan itu” kata si lelaki terus memandangi wajah gadis itu.

***

Dasar pecundang, beraninya sembunyi dibalik orang lain. Pengecut kamu! Penjilat! Aku akan perkarakan ini kalau kamu nggak peduli!

Pesan singkat itu baru saja dikirim. Lelaki itu diam. Otaknya berpikir keras. Perasaannya tak menentu. Ia membalas pesan itu.

Tenang saja, aku bakalan tanggung jawab dan ngaku. Baguslah kalau kamu tahu ada yang salah. Gak usah takut, besok aku akan menghadap. Kamu berani menghadap? Satu lagi, aku bukan penjilat!

Pesan di kirim. Tak lama kemudian sebuah pesan balasan masuk.

Memang pengecut kamu, kamu takut sendirikan. Penjilat! Beraninya sembunyi dibalik orang lain.

Lelaki itu Cuma bisa diam. Jantungnya berdegup kencang. Mukanya memerah. “stres bebas,....!” teriaknya sembari memukul pintu.

***
LELAKI itu kembali melirik HP-nya. Tak ada juga balasan. Di remasnya kertas ditangannya itu.

***

Ia melihat gadis itu duduk bersama seorang temannya. Gadis itu mengenakan jaket berwarna putih dengan lengan berwarna kuning. Di lengan kiri gadis itu tersumat pita merah tanda bagi mahasiswa yang mempunyai penyakit seperti asma, jatung dkk. Sama seperti yang lain, wajahnya terlihat polos dan penuh semangat.

Gadis itu melihat lelaki itu. Ia menggunakan kaos putih berkrah hitam, dengan celana panjang hitam dan tas kain putih menyelang dipundaknya. Ia duduk sendiri, diam sementara yang lainnya berbicara dan asik berbincang-bincang. Ia tampak sulit untuk berkomunikasi dengan orang-orang baru disekitarnya. Ia hanya memainkan pena dan kertas yang ada ditangannya.

”hei, namaku Nara” kata si lelaki sambil mengulurkan tangannya pada gadis itu.

***

GADIS itu sudah tertidur pulas. Wajahnya begitu tenang. Sesekali mulutnya bergerak-gerak seperti bayi yang sedang menyusu. Rambutnya tergerai begitu saja.

Lelaki itu masih duduk diatas ranjangnya. Ia bepikir tentang semua kejadian itu. “aku takut harus menyebutmu Masa Lalu, tapi pasti ada saatnya dimana aku terpaksa menyebutmu Masa Lalu” katanya dalam hati. Ia letakkan novel yang dibacanya, lalu ia merapikan kertas tadi, memasukkannya dalam tas dan menutup tas itu. Ia pun tidur.

Readmore »»