Tuesday, October 30, 2007

Ksatria, puteri dan bintang jatuh

Selamat malam,

Aku kira aku sudah akan berhenti untuk mencintaimu setelah kehancuran dan keterpurukan ini. Tapi justru sebaliknya aku jadi menggila setelah keterpurukan ini. benar-benar menggila. Banyak hal baru yang nimbrung dalam hari-hariku belakangan ini. hal-hal baru ini yang membuatku sadar bahwa menyesal hanyalah tindakan bodoh. Banyak yang harus diperjuangkan dalam hidup ini, termasuk berjuang untuk mencintaimu. Pada dasarnya aku sudah lupa bagaimana detik yang pernah terlewatkan denganmu. Hanya saja lonceng gereja itu selalu saja usil. Didentangkannya lagi ingatan itu. Hasilnya kepalaku ikut mendengung juga. Dan kemudian harus mengakui bahwa “I am losser.”.

Baru aku baca cerita tentang ksatria, puteri dan bintang jatuh dalam supernova-nya Dee, begini satu petikan dongeng dalam novel itu :

Ksatria jatuh cinta pada puteri bungsu dari kerajaan bidadari.

Sang puteri naik kelangit.

Ksatria kebingungan.

Ksatria pintar naik kuda dan bermain pedang,

tapi tidak tahu caranya terbang.

Ksatria keluar dari kastil untuki belajar terbang pada kupu-kupu.

Tetapi kupu-kupu hanya menempatkannya dipuncak pohon.

Ksatria kemudian belajar pada burung gereja.

Burung gereja hanya mampu

Mengajarinya sampai atas menara.

Ksatria kemudian berguru pada burung elang.

Burung elang hanya mampu membawanya kepuncak gunung.

Tak ada unggas bersayap yang mampu terbang lebih tinggi lagi.

Ksatria sedih, tapi tak putus asa.

Ksatria memohon pada angina.

Angin mengajarinya berkeliling mengitari bumi,

lebih tinggi dari gunung dan awan.

Namun sang puteri masih jauh diawang-awang,

dan tak ada angin yang mampu menusuk langit.

Ksatria sedih dan kali ini putus asa.

Sampai satu malam ada bintang jatuh

Yang berhenti mendengar tangis dukanya.

Ia menawari ksatria untuk mampu melesat secepat cahaya.

Melesat lebih cepat dari kilat dan setinggi sejuta langit

Dijadikan satu.

Namun kalau ksatria tak mampu mendarat tepat diputerinya,

maka ia akan mati.

Hancur dalam kecepatan yang membahayakan, menjadi serbuk yang membedaki langit, dan tamat.

Ksatria setuju. Ia relakan kepercayaannya pada bintang

jatuh menjadi sebuah nyawa.

Dan ia relakan nyawa itu bergantung hanya pada serpih detikyang mematikan.

Bintang jatuh menggenggam tangannya.

„inilah sebuah cinta sejati“ ia berbisik.

„tutuplah matamu, ksatria. Katakan berhenti begitu hatimu

Merasakan keberadaannya.“

Melesatlah mereka berdua.

Dingin yang tak terhingga serasa merobek hati ksatria mungil,

namun hangat jiwanya diterangi rasa cinta.

Dan ia merasakan... „berhenti“

Bintang jatuh melongok kebawah,

dan ia pun melihat sesosok puteri cantik yang kesepian.

Bersinar bagaikan orion ditengah kelam galaksi.

Ia pun jatuh hati.

Dilepaskannya genggaman itu.

Sewujud nyawa yang terbentuk atas cinta dan percaya.

Ksatria melesat menuju kehancuran.

Sementara sang bintang mendarat turun untuk dapatkan puteri.

Ksatria yang malang.

Sebagai balasannya, dilangit kutub dilukiskan Aurora.

Untuk mengenang kehalusan dan ketulusan hati Ksatria.

Aku jadi penasaran dengan diri sendiri, aku ini ksatria yang bahkan tak pernah dapat belajar terbang. Jangankan kepuncak gunung, ke atas pohon saja tak bisa. Jangankan belajar pada kupu-kupu, belajar pada diri sendiri yang sudah lama ku geluti saja tak bisa. Singkatnya aku bukan manusia pembelajar.

Tapi jika diberi kesempatan untuk mengambil peran dalam dongeng itu, aku pilih jadi ksatria. Meskipun hancur, tapi itulah puncak hidup, puncak nirwana, puncak pencerahan. Ah cerita ini bikin pusing..., disatu sisi aku tak setuju jika ksatria harus berakhir dengan kehancuran.

Dasar kau bintang jatuh, kau juga supernova...

Aku hanya lelah ketika ternyata semua hanya berakhir seperti ini... rasanya juga tak adil...!

Hidup ksatria...!!!

Readmore »»