Saturday, November 17, 2007

AKAR

Buat : Bodhi

Sama denganmu, aku juga ingin cepat mati.
tapi ternyata malaikat maut tak mau menyentuh ubun-ubunku, dan Tuhan pun agaknya masih ingin menghukumku di neraka ini (dunia). bagaimana harus ku mulai perjalananku, kota ini saja terlalu luas untuk ku arungi. ini kota seperti tak berbatas. setiap kali aku merasa ada di garis batas kota ini, tiba-tiba aku seolah berpindah tempat ke pusat kota ini lagi. sudah ku habiskan berapa versi peta yang kugunakan dan akhirnya terpaksa ku deportasi ke tong sampah. kau telah bolak-balik vietnam-laos-kamboja, dan aku masih berkutat mencari batas kota ini. aku mimpi suatu hari aku berada dihampran luas ladang ganja, aku memetiknya seperti yang kau lakukan. lalu aku bertemu seorang lelaki yang ku kira itu adalah Luca. mendengar ceritamu tentang Luca, aku jadi sangat tertarik dengan cara dia menjungkir-balikan hidup ini. aku ingin seperti dia, dengan mudah saja bisa bebas melayang dengan satu hisapan ganja hasil lintingannya yang lebih besar dari rokok Dji Sam Soe dan lebih rapi dari A mild.

tapi jujur saja aku bukan perokok aktif. hanya saja sekali-kali kuhisap itu rokok untuk membuatku tersedak, supaya sadar seluruh organ tubuhku dan otak ku akan realita hidup yang makin lama menjadi pahit. menghisap ganja pernah sekali, pusing sekali rasanya, seperti baru saja kepala ini di kocok didalam blander.
bagaimana kabar Star?
ah, Wanita selalu begitu. membuat kita lebih pusing dari pada ujian matematika atau kimia ketika SMA. aku juga pernah kenal gadis sepeti Star, dia dari golongan Gemini. ku kenal ketika SMA. dan sekarang aku sendiri sudah lupa bagaimana rupanya. yang ku ingat darinya adalah kacamata.
Bodhi, kau masih vegetarian kah?
rugi sekali kalau kau masih vegetarian, dikota ku ini banyak berbagai macam jenis makanan daging yang enak dan lezat. ku jamin lebih lezat dari bibir Star.hehehehe.
setelah mendengar kisahmu, aku kira kita punya satu persamaan. kau tau apa?
kita sama-sama manusia yang "mencari". dan kita sendiri tak tau apa yang sebenar-benarnya kita cari. kau mencari kesejatian hidup, bukan begitu? tapi ku kira kau tak kan pernah menemukannya. karena kesejatian bukan sesuatu yang bisa dicari, tapi dijalani lewat proses.
lebih baik kau banyak dengarkan nasehat-nasehat Bong. dia sangat menarik. aku suka dengan gayanya bercerita. tak ada keraguan. kalau ada lomba orasi, atau pidato, berani bertaruh, dia lah yang akan kujagokan sekalipun musuhnya adalah soekarno.
aku masih penasaran dengan arti tato yang kau buat di dada Star. Akar Kehidupan, apa itu maksudnya?aku hanya menebak, bahwa akar itu adalah simbol kehidupan yang hakiki. seperti jantung pada manusia, sangat penting. ah, aku bingung mengartikan simbol itu. jujur saja aku belum belajar semiotika.
aku turut berduka cita atas kecelakaan yang menimpa Kell. sungguh pria yang malang. tapi akan lebih malang lagi kalau dia harus hidup tanpa kaki gara-gara ranjau jahanam itu.
dia pria tampan yang agaknya kurang beruntung soal cinta. (soal cinta bukan soal istri2 atau wanita). kasian sekali, apakah dewi kuda itu tak menangisi kematian kell. kau tak banyak cerita tentang dewi kuda yang cantik itu. aku mencium bau abu Kell dipantai kemarin sore.
seandainya kau nyata, ingin sekali aku berkenalan denganmu secara langsung. jujur saja aku ingin menjadi murid mu. kalau kau ijinkan. aku ingin pintar menato seperti mu, aku punya beberapa teman yang mungkin rela kalau dijadikan bahan percobaan. lebih lagi aku ingin belajari wushu darimu. suer keren banget aksi mu di ring itu. tak kusangka kau akan memenangkan pertarungan itu. aku jadi ingat kungfu boy ketika melihatmu bertarung. kungfu peremuk tulang.
sekarang kau dimana? masihkah kau akan siaran?
boleh aku pesan satu lagu.
"lossing my religion"

Akar, aku sangat haus, nyaris dehidrasi.
bolehkah ku serup sedikit air dijulur-julurmu.
tapi aku ingin cepat mati, tapi aku juga haus....

mas gombel, es tehnya satu...
"kita hanya anak-anak langit yang tak tahu kapan hujan akan
melenyapkan kita disamudra hindia"

Readmore »»

Sunday, November 11, 2007

Dear Saman

Mungkin cuma suatu kebetulan saja bahwa kau adalah seorang Pastor yang kemudian menjadi seorang aktivis dan Bapak ku adalah sebaliknya seorang aktivis yang kemudian menjadi pendeta.
ditahun yang sama pula 90-an kau ataupun bapakku membuat keputusan untuk merubah alur hidup. Kau ada didaerah prabumulih waktu itu, tepat dimana nenekku dan om ku tinggal. bapakku juga sering ke prabumulih. aku cuma beberapa kali. dan satu lagi hutan karet, mungkin saja salah satu korban pemberantasan hutan karet yang kemudian dijadikan lahan sawit adalah om ku. aku begitu merasa dekat sekali dengan kau. aku juga sering bermain dikebun karet ketika dilampung. rumahku bekas rumah sakit, dan disekelilingnya adalah hutan karet. aku sering main adu biji karet dengan teman-temanku. ketika pagi aku hendak berangkat sekolah sudah tercium duluan bau karet disadap sebelum aku sempat mencium tumis buncis yang sering dimasak ibu pagi hari.

ada suatu malam yang membuatku ketakutan. dua orang laki-laki berperawakan besar dengan jaket hitam yang kemudian aku ketahui bahwa mereka polisi datang kerumahku. bapakku lagi pergi. biasa, bapak memang jarang pulang karena pelayanan ditmpat yang jauh, jadi harus menginap. dua orang itu menemui ibuku. menyerakan surat. entah surat apa. lalu mereka berbincang-bincang sebentar. lalu mereka pulang. ibu memelukku dan mas ku. malam itu juga kami pergi kekantor polisi dipringsewu. buth waktu kira-kira 1/2-1 jam untuk kesana. kami naik mobil bude samuel. aku lupa siapa yang menyetir. kami menemui bapak disana. bapak ditahan polisi. aku sempat mendengar percakapan antara bapakku dan beberapa warga jemaat yang ikut malam itu. katanya bapak ditahan karena ada kasus sengketa tanah dikarangsari. dan bapakku yang dituduh sebagai kompor warga untuk tidak menyerakan tanah pada satu perusahaan sawit. satu minggu bapakku ditahan.
itu terjadi ditahun yang mungkin sama ketika kau diculik. 90-an.
itu sebabnya aku merasa dekat sekali denganmu.
ada rentetan peristiwa yang nyaris sama denganmu yang bapakku alami. ditahun yang nyaris sama. aku baca buku mu ini baru-baru saja. aku begitu menyesal kenapa baru sekarang aku baca buku ini. buku ini juga milik bapakku. hadiah dari seorang teman di jambi. disampul buku ditulis satu pesan. "buat mas Gie : Keep Fight untuk orang-orang tertindas" begitu kira-kira tulisan itu. aku lupa soalnya.

wis dulu nama mu. dan sekarang saman. dulu bapakku di panggil Gie, dan sekarang pak pendeta.


hahahahaha....
thanks buat yang nulis novel ini, ayu utami...


Readmore »»