Tuesday, August 7, 2007

lewat secangkir moccacino

Pagi itu seperti biasa aku antar adiku sekolah setelah itu tenggelam dalam buku, kali ini aku baca Gadis Pantai-nya Pram. Aku jadi ingat beberapa hari yang lalu, pagi itu aku duduk di Garden sambil menikmati mocacino hangat. Memang bukan kebiasaanku minum mocacino, biasanya aku selalu pesan pop ice vanilla blue. Mungkin karena pagi ini begitu dingin jadi aku ingin mocacino hangat.

Beberapa serup mocacino kamu masuk ke Garden. Aku tak tahu namamu, tapi aku kenal dengan senyum yang indah itu. Senyum yang cerah, secerah senyum gadis pantai dalam karya pram. Kamu duduk berjarak 2 meja dari ku. Sesekali ku buang pandanganku dari buku yang kubaca ke matamu yang jernih lengkap dengan bulu mata yang lentih dan halus hitam. Matamu yang bulat melirik manja penuh makna.

Huh kamu gadis pantai, indah benar matamu, berkilau seperti mutiara hitam.

Beralih aku ke rambutmu yang tergurai-gerai, nyaris tak tertertandingi kilau rambutmu, bak telaga dipayungi bulan pucat. Datang pesananmu, segelas juice jeruk. Ku lihati bibirmu yang mungil ketika menyentuh gelas juice mu. Tak ada yang semerah itu bibir diantara kaum hawa yang kukenal.

Kau kulum senyummu ketika aku tertangkap oleh matamu. Aku bahkan tak pernah melihat bidadari seputih kulitmu, aku yakin kulitmu begitu lembut selembut sutera. Gerak tanganmu seolah penari bali begitu energik dan mengemaskan. Tak kulewatkan pula dagumu yang tak begitu lancip dan hidungmu yang bangsir. Pecayalah ketika kamu bercermin kamu akan mendapati bidadari didalam cerminmu.

Kuserup lagi capucinoku, lalu berandai-andailah aku. Seandainya aku dan kamu menyatu dalam satu ikatan batin. Maka aku inginkan kisah cinta yang tulus setulus kisah cinta antara setadewa dengan larasati dalam Burung-Burung Manyar karya Mangun Wijaya, atau kisah cinta yang unik seperti kisah Roman dan Wulandari yang unik dalam Roman Picisan karya Edi.D.Iskandar, atau juga kisah cinta yang tabah, setabah perjuangan Minke dalam mempertahankan cinta Annelies dalam Bumi Manusia karya Pramudya Ananta Toer.

Lewat sebuah perkenalan dimasa kecil, Teto (panggilan setadewa) dan Atik (penggilan larasati) ditautkan oleh waktu. Dimasa penjajahan colonial belanda Teto sebagai anak seorang kaptein KNIL berdarah ningrat, tumbuh tak seperti kebanyakan nigrat, Teto lebih memilih menjadi anak kolong. Kelak suatu saat Ia bertekat untuk menjadi pasukan KNIL seperti ayahnya. Masuk jepang ke hindia-belanda menggantikan belanda membuat Teto yang semasa itu menganggap belanda sebagai pemimpin yang seharusnya menentukan nasib bangsa ini menjadi geram. Ditambah lagi dendamnya terhadap jepang yang telah merampas keluarganya. Ayahnya ditawan, sedangkan ibunya dijadikan gundik. Pasca pendudukan jepang, setelah kemerdekaan diumumkan, Teto tetap memihak pada belanda. Pernah suatu ketika diberondonganya dengan peluru mobil yang ditumbangi oleh syahrir, bahkan nyaris Teto mengahbisi nyawanya.

Dilain pihak Atik tumbuh menjadi seorang gadis yang ikut serta dalam perjuangan bangsa indonesia meraih kemerdekaan melalui jalur diplomasi. Bersama petinggi-petinggi Indonesia waktu itu, Atik berusaha sekuat tenaga untuk berdiplomasi guna mempejuangan kemerdekaan. Bahakan Atik juga memabtu didapur umum ketika perang geriliya jendral sudirman.

Perang telah usai tapi perang batin dalam hati teto masih meledak-ledak. Ia masih belum bisa menerima kekalahan belanda. Dan ketika tahu bahwa atik beraada pada blok kemerdekaan Indonesia, bertambahlah beban dihatinya. Dilapangan perang atik adalah musuh, tapi dilain pihak atik adalah penguasa hatinya.

Sepuluh tahun setelah itu Teto sudah menjadi seorang ahli computer, suatu ketika Teto berkesempatan menghadiri semina disertasi atik tentang perilaku burung-burung mayar. Dari situ dimulai lagi konflik batin yang pelik. Atik sudah bersuami. Karena desakan Atik Teto tinggal diRumah Atik bersama keluarganya.

Cinta Teto tak lekang karena waktu, Atik pun demikian. Namun karena Atik sudah bersuami, maka tak mungkinlah mereka bersatu, lagi pula keadaan sudah berubah. Bahkan suami Atik menganggap Teto seperti kakak sendiri. Perang batin itupun akhirnya juga berakhir. Atik meninggal dalam penerbangan ketanah suci mekah. kemudian ketiga anak Atik diangkat sebagai anak Teto.

Aku inginkan cinta yang tulus seperti itu, atau juga cinta yang unik antara Roman dengan Wulandari. Tersebutlah Ramon sang pujangga sekolah yang terkenal dengan sajak-sajaknya yang picisan. Sayang Roman tak pernah menaklukkan salah satu kaum hawa disekolahnya dengan sajak-sajak picisannya. Walaupun begitu bukan berarti sajak-sajaknya tidak ampuh, teman-temannya sering memintal bantuan untuk membuatkan surat cinta dan hasilnya sudah pasti berhasil (sejauh ini). hingga suatu ketika salah seoang teman Roman meminta dibuatkan surat cinta untuk Wulandari kaum hawa yang menjadi primadona disekolah. Karena terlalu menghayati pembuatan surat, tak sadar Roman menuliskan namanya disurat tersebut.

Sehari setelah itu, surat yang dikirimkan ke Wulandari dikembalikan kepada Roman. Dan sejak itu Wulandari mulai memperolok Roman. Romannya Picisan….!!! Pemusuhan pun terjadi. Hingga suatu ketika dilapangan volley ball, secaa tidak sengaja Roman memukul bola terlalu kencang dan bola nyasa mengenai wulandari yang sedang nonton dipinggir lapangan hingga pingsan. Peristiwa itupun berbuntut panjang. Mulai dari pengeroyokan terhadap Roman oleh orang yang tak dikenal hingga perkelahian Roman dengan salah seorang pemuja

Lewat pertengakaran tersebut mereka berdua akhirnya jatuh cinta, tapi mereka malu untuk mengakui kalau mereka saling jatuh cinta. Salah seorang teman Wulandari mencoba mengakurkan mereka berdua tapi hasilnya nol.

Konflik batin mulai menyerang mereka berdua. Disuatu saat waluandari mulai sada bahwa dirinya merindukan Roman. Dan begitu pula Roman. Konflik batin it uterus mereka simpan dan ditutupi oleh Gengsi. Hingga pesta kelulusan Roman taksempat mengucapkan kata maaf dan juga cinta. Karena mersa tak berani untuk berhadapan langsung, maka ditulisnya sebuah surat untuk Wulandari yang berisi permintaan maaf serta ungkapan cintanya. Selang beberapa hari dating pak pos kekos mengantarkan surat dari Wulandari dengan alamat Makasar. Rupanya setelah kelulusan Wulandari pindah kemakasar. Dibacanya surat Wulandari, dan mengertilah bahwa semua sudah terlambat. Wulandari juga mengatakan bahwa dia juga cinta kepada Roman.

Sungguh kisah yang unik. Walaupun cinta mereka tepisah jarak dan terlambat untuk saling mengungkapkan perasaan mereka, tapi itu tak masalah. Yang indah adlah proses tumbuhnya cinta diantara mereka berdua yang unik. Yang mungkin takkan penah terlupakan oleh mereka berdua. Seandainya proses itu bisa kudapatkan denganmu…

Aku jua inginkan cinta yang penuh pengorbanan dan ketabahan seperti kisah antara Minke dan Annelies Mellema. Di tengah penindasan kolonial terhadap kaum pribumi, Minke sebagai segelintir manusia pribumi yang mengenyam pendidikan di H.B.S pun tak lepas dari itu. Di H.B.S sama sekali Minke tak minder karena dia seorang pribumi. Hidupnya yang tergolong enak ditataran pribumi sahaya lainnya, membuat dia memahami arti sebuah perjuangan. Melalui tulisannya disurat kabar belanda, dia menuliskan ide-idenya yang brilian dengan nama samaran Max Tollenar. Namun sayang kiprahnya didunia tulis-menulis tak semulus kisah cintanya. Meskipun cinta tak bertepuk sebelah tangan, namun identitas dirinya sebagai pribumi menghambat segalanya.

Berawal dari niat Surhof untuk mempermalukan Minke didepan keluarga Mellema dengan kedok tantangan, Minke berangkat kekediaman Mellema. Nah, disitulah pertama kali Minke menjumpai bidadari yang menandingi kecantikan ratu Nederland, Annelies Mellema. Niat Surhof untuk mempermalukan Minke kandas ketika ternyata Annelies menyambut dengan baik dan menjadi akrab dengan Minke.

Akhirnya hubungan antara Minke dan Annelies pun berlanjut sampai ke depan penghulu. Dengan banyaknya hambatan dan tentangan dari pihak colonial karena pekawinan dianggap tidak sah, membuat Annelies schock dan jatuh sakit. Di pihak keluarga Minke pun tidak menyetujui sepenuhnya. Ayah Minke yang ketika itu baru saja diangkat sebagai bupati B sempat menentang.

Puncaknya adalah ketika Tuan Herman Mellema ayah Annelies meninggal dan hak perwalian Annelies tidak dapat direbut oleh Nyai Ontosoh ibu kandung Annelies. Keadaan kesehatan Annelies pun semakin memburuk dan harus meninggalkan Hindia-belanda ke Nederland negerinya yang sama sekali asing.

Sedang Annelies dalam keadaan sekarat Minke dan Nyai Ontosoroh berjuang keras untuk mempertahankan perusahaan yang hak perwaliannyapun dilimpahkan kepada anak sah Herman Mellema, Mariut Mellema. Apalah arti seorang priubumi waktu itu dihadapan pengadilan colonial. Hanya menjadi bahan tertawaan. Di Nederland akhinya Annelies meninggal, dan Minke harus berusan dengan pengadilan.

Ku serup lagi mocacino…

Tegukan terakhir mengakhiri pengandaianku pula.

Ah kamu sudah tak ada lagi, gelas juice jeruk mu sudah kosong.

Kembali lagi aku kebalik Gadis Pantai…

tanpa moccacino...

Readmore »»